Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

OBLIGASI BANK MUTIARA: Masih sekadar wacana

Recommended Posts

SEMARANG: Rencana penerbitan surat utang Bank Mutiara masih merupakan wacana karena aksi korporasi itu hanya akan ditempuh jika laju penyaluran kredit sudah mengancam posisi CAR.

 

Komisaris PT Bank Mutiara Tbk Budhiyono Budoyo mengemukakan penerbitan subdebt private merupakan alternatif pemupukan modal untuk mengimbangi kencangnya pertumbuhan kredit yang dalam 2 tahun terakhir mencapai 49,2%, sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hanya 25,8%.

 

“Pemerintah sebagai pemegang saham Bank Mutiara sudah tidak mungkin lagi menyetor modal sehingga kami siapkan langkah korporasi untuk memupuk modal, antara lain mungkin dengan menerbitkan subdebt private, obligasi atau saham baru di bursa,” ujarnya kepada Bisnis seusai Nasabah Gathering Bank Mutiara di Semarang.

 

Budhiyono mengemukakan hal itu menanggapi isu soal rencana Bank Mutiara untuk menerbitkan subdebt private senilai Rp500 miliar.

 

Namun, tukasnya, jika permintaan kredit di bank pelat merah ini masih bisa dipenuhi dari sumber lain, terutama DPK, maka ketiga upaya pemupukan modal tersebut tidak akan dilakukan.

 

“Intinya, capital adequacy ratio (CAR) harus dijaga pada posisi di atas 8%. CAR bisa tergerus jika penyaluran kredit jauh melampaui DPK,” tegasnya.

 

Direktur Bank Mutiara Benny Purnomo menambahkan hingga saat ini CAR Bank Mutiara masih pada posisi 12% lebih, atau 4% di atas ketentuan minimal hanya 8%.

 

Menurut dia, tingginya CAR itu mencerminkan ketersediaan dana di Bank Mutiara masih mencukupi untuk mengimbangi laju pertumbuhan permintaan kredit.

 

“Per 1% CAR yang tergerus itu bisa untuk mengucurkan kredit Rp1 triliun, artinya masih aman. Jadi subdebt private itu sebenarnya masih wacana,” tuturnya.

 

Empat investor

 

Disinggung soal divestasi, baik Benny maupun Budhiyono enggan memberikan penjelasan, selain hanya menyebutkan ada empat investor yang sudah mengajukan minat untuk membeli saham pemerintah di PT Bank Mutiara.

 

Juga mengenai target harga penjualan Bank Mutiara sebesar Rp6,7 triliun yang dinilai terlalu tinggi, Budhiyono mengemukakan masih akan dilihat perkembangannya hingga target waktu divestasi yang dipatok Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga November 2012.

 

“Jika belum laku, kami masih diberi waktu tambahan dua tahun lagi untuk divestasi. Nanti kalau tetap tidak ada investor yang menawar Rp6,7 triliun, maka program divestasi akan ditentukan the best price,” tukas Budhiyono.

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...