Kereta Khusus Petani dan Pedagang Perkuat Upaya Pemerataan Ekonomi

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. Corbis.

 

 

 

JAKARTA - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang direncanakan sebesar Rp1.500 per liter dinilai tidak wajar.Pengamat ekonomi Anggito Abimanyu menjelaskan, kenaikan BBM yang wajar seharusnya adalah Rp1.000 per liternya atau naik sekira 22 persen dari harga semula.

 

"Kenaikan harga BBM yang wajar adalah sebesar Rp1.000 per liter saja sudah cukup asal Tarif Dasar Listrik (TDL) juga dinaikkan sebesar 10 persen," ungkapnya kala ditemui di kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa (20/3/2012).

 

Menurutnya, dengan kenaikan sebesar Rp1.000 per liter berdampak pada inflasi sekira dua persen yang mana hal itu tidak terlalu menghambat ekspansi. "Kalau naiknya Rp1.500 per liter maka dampak inflasinya bisa di atas dua persen dan menghambat ekspansi ekonomi," jelas dia.

 

Selain itu, Anggito menambahkan kenaikan sebesar 22 persen masih di bawah kenaikan pendapatan per kapita dalam dua tahun 2010-2012 (25 persen). Jika kenaikan harga BBM sebesar Rp1.000 diperkirakan kenaikan angka kemiskinan tidak seburuk yang diperkirakan karena tidak ada kenaikan harga minyak tanah.

 

"Menurut saya, untuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) juga tidak harus sebesar Rp150 ribu per orang atau Rp25,6 triliun. BLSM-nya cukup Rp100 ribu per orang atau 10 juta RTS atau sebesar Rp10 triliun," pungkasnya.

 

Anggito menambahkan, sebenarnya yang lebih dibutuhkan adalah kompensasi untuk percepatan pembangunan BBG dan transportasi umum. (mrt)

 

 

 

Sumber