Souvenir Tumbler Orbit Mizzu Stainless

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: okezone)

 

 

 

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar diprediksi masih akan melemah seiring belum adanya kepastian atas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.Treasury Analyst Telkom Sigma Rahadyo Anggoro memprediksi, pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar domestik kembali melemah di kisaran Rp9.985-9.150 per USD. "Pengaruh dari dalam negeri masih dari rencana kenaikkan BBM, secara fundamental kenaikkan itu akan menaikkan inflasi," katanya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (6/3/2012).

 

Dia memperkirakan dengan kenaikan BBM tersebut akan diiringi oleh naiknya inflasi pada tahun menjadi 2,4 persen lebih besar dari yang ditargetkan oleh Pemerintah sebesar 6,5 persen. Dia juga mengatakan jika kenaikan BBM juga akan diikuti oleh naiknya tarif dasar listrik (TDL), kondisi itu menambah sentimen negatif bagi pelaku pasar uang.

 

Meskipun begitu, Bank Indonesia (BI) masih akan tetap menjaga fluktuasi rupiah terhadap mata uang asing termasuk dolar AS agar tidak tertekan terlalu dalam. Selanjutnya berbicara mengenai kondisi global, Spanyol yang tidak dapat menjalani perjanjian "bailout" dalam menyusun anggaran defisitnya yang ditetapkan 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) menjadi kekhawatiran pelaku pasar.

 

"Defisit Spanyol sebesar 5,8 persen kondisi itu membuat kekhawatiran investor, sehinga memicu perkiraan kekuatan perjanjian 'bailout' lemah," tandasnya.

 

Sebagai informasi, pada penutupan perdagangan sore kemarin, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatatkan rupiah bergerak melemah tipis ke Rp9.130 per USD dengan rata-rata perdagangan harian Rp9.084-Rp9.176 per USD. Sementara menurut kurs tengah Bloomberg, rupiah berada pada kisaran Rp9.148 per USD dengan rata-rata perdagangan harian Rp8.453-Rp9.365 per USD. (wdi)

 

 

 

Sumber