Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PREDIKSI: Inflasi terkendali, BI Rate bisa turun

Recommended Posts

JAKARTA: Sejumlah ekonom perbankan memprediksikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia besok akan memangkas suku bunga acuan. Hal itu sejalan dengan stabilitas indeks inflasi meskipun dibayang-bayangi kenaikan harga bahan bakar minyak.

 

Berdasarkan survai Bisnis dan Bloomberg, hari ini, dari 16 institusi sebanyak lima ekonom bank memperkirakan suku bunga acuan atau BI Rate akan diturunkan menjadi 5,75% dari posisi sebelumnya 6,0%.

 

Sejumlah bank yang memperkirakan turun seperti DBS Group, PT Bank Danamon Tbk, ING Group NV, PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. Namun, ada juga ekonom bank yang memperkirakan BI Rate tetap di level 6,0%.

 

Sebut saja ANZ Bank, UOB Bank, PT Bank Internasional Indonesia Tbk, dan OCBC Bank. Secara mayoritas ekonom dari perusahaan sekuritas dan asuransi memperkirakan suku bunga acuan tetap.

 

Ekonom Senior BNI Ryan Kiryanto mengatakan dengan angka inflasi tahunan per Januari 2012 mencapai 3,65% seharusnya bank sentral punya ruang cukup besar untuk memangkas BI Rate 25--50 poin menjadi 5,5%--5,75%.

 

“Namun, yang ideal barangkali turun 25 poin dulu menjadi 5,75% karena pada bulan berikutnya tekanan inflasi faktor administered prices, yakni kebijakan BBM bersubsidi dan TDL,” ujarnya kepada Bisnis, sore ini (08/02)

 

Dia menyadari pilihan yang paling aman adalah tetap ditahan di 6,0% dengan pertimbangan ketidakpastian ekonomi global. Namun, lanjutnya, di tengah sorotan publik soal suku bunga, pilihan obyektif dan rasional adalah BI rate turun 25 poin.

 

Namun, Ekonom Kepala PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti memperkirakan BI Rate tetap di level 6,0%. Pasalnya belum ada kejelasan kenaikan harga minyak dan kondisi global.

 

Ekonom Kepala PT Bank Danamon Tbk Anton Gunawan justru berpendapat bulan ini adalah kesempatan pemangkasan BI Rate, meskipun ada risiko dari kenaikan harga bahan bakar minyak yang belum ada kejelasan.

 

“BI berani apa tidak, ya itu ada risikonya. Tapi, kesempatan itu ada saat ini, karena kenaikan harga BBM belum jelas juga,” ujarnya kepada Bisnis, pekan ini.

 

Analis dari DBS Group Research Aziz Hasibuan memprediksikan adanya pemangkasan BI Rate sebesar 25 poin. Namun, menurutnya, kecil kemungkinan kebijakan itu berdampak pada penurunan suku bunga deposito dari bank komersial.

 

“Jika tidak terjadi pemotongan terhadap suku bunga deposito Fasbi [fasilitas simpanan Bank Indonesia] esok hari, maka pemotongan kurs suku bunga referensi BI diprediksikan tidak berimplikasi terhadap suku bunga pasar,” terangnya dalam surat tertulis.

 

Dia menjelaskan ruang untuk penurunan suku bunga deposito Fasbi diprediksi akan terbatas karena saat ini angkanya berada di bawah kisaran nilai tengah target inflasi bank sentral. Namun, lanjutnya, apabila bunga Fasbi tak berubah dalam beberapa bulan mendatang, maka diperkirakan tren penurunan suku bunga dalam tiga tahun terakhir akan berakhir

 

BI dalam dua bulan terakhir lebih memilih mempertahankan BI Rate di level 6,0% setelah pada Oktober—November dipangkas 75 poin dari sebelumnya 6,75%.

 

Akan tetapi, bulan lalu BI memilih untuk memangkas batas bawah operasi pasar terbuka dari semula 150 poin menjadi 200 poin dari suku bunga acuan 6,0%. Adapun batas atas tetap di level 50 poin.

 

Keputusan tersebut diambil sebagai sinyalisasi bahwa BI ingin mendorong bunga pada pasar uang antarbank (PUAB) lebih rendah lagi. Namun, penurunan itu juga menyeimbangi permintaan pada bunga pasar uang yang selalu berada di level bawah koridor bunga operasi moneter.

 

Dengan kebijakan tersebut koridor suku bunga terhadap lelang operasi pasar terbuka berupa fasilitas simpanan (deposit facility) menjadi 4,0% untuk batas bawah, dan 7,0% untuk batas atas dengan posisi BI Rate 6,0%.

 

Operasi pasar terbuka merupakan skema Bank Indonesia untuk membantu bank dalam mengelola likuiditas dengan menerbitkan deposit facility. Lelang tersebut dilakukan apabila likuiditas bank tidak terserap dalam pasar uang antarbank.

 

Sejauh ini, operasi pasar moneter selalu berada pada batas bawah koridor--sekitar 4,55% pada posisi Desember 2011, sehingga kembali diperlebar setelah pada September 2011 dipangkas 50 poin menjadi 150 poin. (Bsi)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Store Builder | Android Games | Wordpress Tutorials

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...