Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PERTUMBUHAN: Konsumsi & investasi tolong kontraksi ekspor

Recommended Posts

JAKARTA: Penurunan kinerja ekspor merupakan dampak negatif dari pemburukan ekonomi global yang tak bisa dihindari. Untungnya Indonesia memiliki potensi domestik dan investasi yang cukup besar sehingga diharapkan bisa menggantikan peran ekspor yang menyusut terhadap pertumbuhan ekonomi.

 

Bambang Permadi Sumantri Brodjonegoro, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal, menuturkan nilai ekspor Indonesia memang meningkat sepanjang 2011, tetapi pertumbuhannya cenderung turun. Peningkatan ekspor tersebut karena kombinasi dari kenaikan volume maupun harga komoditas di pasar dunia.

 

“Kalau pertumbuhan turun, itu tidak bisa kami sangkal karena memang ada krisis. Yang penting masih tumbuh,” ujarnya, baru-baru ini.

 

Menurutnya, kinerja ekspor pada tahun ini akan dipengaruhi oleh permintaan dunia dan pergerakan harga komoditas di pasar internasional. Apabila permintaan menurun, maka harga komoditas ekspor di pasar internasional juga bisa terganggu.

 

“Pertumbuhan ekonomi pasti akan terpengaruh. Cuma kan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dari ekspor. Yang paling besar (kontribusinya) konsumsi domestik, kemudian investasi.. Jadi kalau ekspor turun, konsumsi domestik akan menggantikan,” tuturnya.

 

Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, mengatakan perekonomian global untuk tahun ini masih akan tumbuh, tetapi melambat. Kendati demikian, risiko resesi di Eropa patut

diwaspadai karena diyakini akan berpengaruh signifikan terhadap ekspor Amerika dan China.

 

“Rasio ekspor terhadap PDB Indonesia 24,6% (2010), lebih rendah dibandingkan dengan negara lain sehingga dampak negative perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional akan lebih kecil dibanding negara lain,” katanya.

 

Menurut Purbaya, kinerja ekspor Indonesia pada 2011 masih baik, tetapi resesi Eropa akan memberikan dampak negative terhadap ekspor 2012. Sementara itu impor yang terus meningkat menandakan adanya peningkatan aktivitas perekonomian dalam negeri.

 

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Desember 2011 mencapai S$ 203,62 miliar, naik 29,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun pertumbuhannya melambat jika dilihat secara bulanan, di mana pada Desember turun 0,22% dibanding November, dari US$17,24 miliar menjadi US$17,2 miliar.

 

Djamal, Deputi bidang Statistik, Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik, menilai pertumbuhan ekspor nasional sebesar 29,05% pada 2011 sudah teramat tinggi sehingga sulit untuk bisa mengulangi

pencapaian yang sama pada tahun ini. Kendati sejauh ini pertumbuhan ekspor Indonesia ke Eropa dan AS masih positif, tetapi kecenderungannya makin rendah.

 

“Untuk 2012 nanti tidak mungkin lagi pertumbuhan ekspor kita mencapai 27%-28%.”

 

Djamal mengatakan sulit untuk menggenjot ekspor lebih tinggi ke pasar-pasar konvensional, seperti Jepang, Eropa dan AS. Untuk itu Indonesia harus mencari pasar altrnatif baru, seperti dari Afrika,

Timur Tengah, dan Amerika Latin.

 

Erwin Aksa, Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), mengatakan yang paling penting saat ini untuk menggali potensi domestic dan memaksimalkan peran investasi adalah kepastian berusaha. “Seperti

kepastian keamanan, bahan baku dan birokrasi yang efisien yang perlu diberikan.”

 

Intinya, lanjut dia, perlu ada dorongan bagi perusahaan yang mengimpor produknya ke Indonesia agar membangun pabriknya di dalam negeri. Untuk itu, perlu ada insentif yang menarik sehingga ada nilai tambah bagi mereka, dibandingkan mengimpor barang jadi. (Bsi)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | WP Zon Builder Nulled | Android Games | Hud Software

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...