Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Menkeu: Asean hati-hati sikapi ketidakpastian global

Recommended Posts

JAKARTA: Negara anggota Asean bersikap hati-hati dalam menghadapi ketidakpastian global akibat krisis ekonomi Eropa. Sinyal-sinyal krisis diawasi dan diantisipasi melalui Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM).

 

Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan negara-negara Asean sangat peduli pada kondisi global, terutama pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksikan mengalami penurunan dari target 4,5% ke level 4%, bahkan risiko jika sampai anjlok ke level 1%.

 

"Asean sebagai komunitas ekonomi regional, kami lebih siap. Seperti fasilitas stabilitas keuangan Eropa (EFSF) di Eropa, Asean bersama Jepang, China, dan Korea Selatan membangun inisiatif Chiang Mai, institusi ini mengamati sinyal-sinyal krisis secara dini untuk negara-negara Asean."

 

"Selain itu juga ada integrasi pangan, pasar modal. Tapi intinya, kami akan terus melangkah dengan hati2," ujar Agus dalam konferensi pers Asean Financial Ministers Investor Seminar (AFMIS), hari ini.

 

CMIM dibentuk oleh para Menteri Keuangan, Gubernur Bank Sentral Negara Asean, China, Jepang, Korea (Asean+3), dan Otoritas Moneter Hong Kong dan China melalui menandatangani perjanjian CMIM pada akhir 2009.

 

CMIM merupakan kelanjutan kesepakatan Asean+3 yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan regional dalam mempertahankan diri terhadap peningkatan risiko dan tantangan di perekonomian global.

 

Tujuan utama CMIM adalah untuk mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek di kawasan dan melengkapi perjanjian keuangan internasional yang telah ada.

 

Jumlah dana yang menjadi modal awal CMIM, yakni sebesar US$120 miliar akan digunakan untuk menyediakan bantuan keuangan melalui transaksi swap mata uang kepada peserta CMIM yang mengalami masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek.

 

Perlu kerja sama

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang PS Brodjonegoro mengungkapkan walaupun jumlah cadangan devisa Indonesia per September 2011 mencapai US$114,5 miliar, namun tetap diperlukan fasilitas kerangka kerja sama internasional semacam CMIM untuk menopang apabila terjadi situasi krisis.

 

"CMIM itu tujuan utamanya mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek. Ini bantalan yang cukup penting dan merupakan pertahanan berlapis dari sisi fiskal," ujarnya saat memberikan penjelasan soal upaya mitigasi krisis yang disiapkan pemerintah dalam APBN 2012.

 

Bambang juga menilai pembentukan CMIM sebagai langkah yang baik sebagai alternatif solusi lembaga dana pengaman di tingkat regional ketika terjadi krisis terkait cadangan devisa.

 

Mekanismenya, tambah Bambang, berupa pengawasan dari AMRO yang melihat bagaimana perkembangan negara. “Nah, kalau ada negara yang dalam kondisi harus ditolong AMRO melakukan assesment, maka dananya berasal dari persentase cadangan devisa akan disediakan dari masing-masing negara anggota, besarnya tergantung perjanjian awalnya,”ujar Bambang.

 

Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono mengungkapkan signifikansi CMIM terhadap negara Asean adalah menciptakan krisis resolutin melalui penyelesaian dana dan pencegahan krisis.

 

“Yang sekarang mau kita dorong itu langkah crisis prevention dari CMIM, tapi ini masih dibicarakan dengan delegasi anggota CMIM seperti dengan Jepang,” ujar Hartadi.

 

Selain langkah penanganan krisis ekonomi, menurut Menteri Keuangan Malaysia D.S.A. Husni Mohamad Hanadzlah, Asean juga tengah menyiapkan langkah-langkah penanganan resiko krisis termasuk pembentukan Asean Economic Community dan pembicaraan terkait risiko krisis pangan akibat terjadinya bencana banjir di sejumlah negara Asean seperti Thailand dan Laos.

 

"Ekonomi global akan memberikan dampak ke tiap negara, termasuk Asean, tapi seberapa jauh kami belum tahu. Yang jelas kami berusaha untuk mempertahankan pertumbuhan yang maju secara bertahap sehingga perlambatannya tidak terlalu jauh," ujarnya.

 

Rampung 2015

Menteri Ekonomi dan Keuangan Kamboja Kong Vibol menegaskan komitmen Asean Economic Community (AEC) diharapkan dapat rampung pada 2015.

 

"Kita akan berusaha membangun komunitas ekonomi yang baik dan belajar dari krisis Eropa, kita harus hati-hati soal rencana pembentukan mata uang tunggal," ujar Vibol.

 

Menurut Sri Mulyani Indrawati, Managing Direktor World Bank, integrasi regional Asean melalui kerangka AEC yang akan direalisasikan pada 2015 merupakan hal yang penting dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

 

"Berbagai jenis kerja sama, investasi dan pengetahuan dalam Asean Economic Community akan mampu mendorong skala ekonomi, spesialisasi dan produktivitas, asalkan AEC belajar untuk membangun kerangka kebijakan yang konsisten, baik sektor makro, investasi maupun perdagangan, serta fondasi institusi yang terintegrasi dengan baik,” ujarnya. (Ana Noviani/Bsi)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Plugin | Settlement Statement

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...