Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Agus Marto bersiap tekan tombol Waspada !

Recommended Posts

NUSA DUA, Bali : Pemerintah kembali memberi sinyal akan kembali menetapkan kondisi waspada terhadap perekonomian nasional jika penurunan indeks saham gabungan Indonesia (IHSG) berlanjut dan diikuti pemburukan sejumlah indikator lainnya.

 

Pada perdagangan saham sesi pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 4,05%. Pelemahan IHSG seragam dengan anjloknya seluruh saham utama di pasar Asia.

 

Menteri Keuangan Agus D. W. Martowardojo menuturkan sebenarnya pada 14 September, pemerintah menetapkan kondisi waspada terhadap perekonomian Indonesia menyusul pelemahan nilai tukar yang dibarengi merosotnya IHSG.

 

Status tersebut pada pekan lalu dicabut seiring dengan kembali stabilnya sektor keuangan nasional.

 

“Itu untuk meyakinkan  bahwa kami disiplin memonitor keadaan. Indikatornya tidak hanya satu, misalkan indeks pasar modal saja, tapi ada indikator-indikator lain. Kalau kondisi menunjukan kondisi yang perlu kami waspadai lagi, kami akan memasukan kondisi waspada kembali dan ini sesuai dengan crisis management protocol,”

 

Menurut dia, kinerja pasar modal penting untuk dijaga kesehatan dan tata kelolanya dengan baik. Namun, bila kemudian terjadi koreksi terhadap IHSG, yang terpenting adalah menjaga agar informasi yang diserap publik berimbang, transparan, dan juga baik.

 

“Kami tidak hendaki ada pelaku-pelaku yang bisa membuat kondisi pasar modal kita, integritas dan kredibilitasnya terganggu. Bahwa market itu ada peruabhan karena kondisi dunia, kami tentu sudah siap,” jelas dia.

 

Namun yang utama, lanjut Menkeu, adalah menjaga pasar obligasi negara dengan baik. Untuk itu, kordinasi antar-institusi keuangan di Tanah Air perlu ditingkatkan, terutama dengan Bank Indonesia.

 

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur BEI Ito Warsito mengatakan pasar modal Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari dinamika pasar internasional maupun regional. Karena itu, ujarnya, sentimen negatif yang terjadi di pasar regional akan memengaruhi kinerja pasar modal di dalam negeri.

 

“Tapi sebetulnya secara fundamental, (ekonomi) kita kuat di semua sektor. Apakah itu pertumbuhan ekonomi, sosial-politik, keamanan juga stabil, kinerja emiten kuat,” kata dia.

 

Menurut dia, pertumbuhan laba emiten pada tahun ini bisa menembus 40% jika kondisi pasar di dalam negeri maupun global dalam kondisi normal. Namun, dengan adanya ketidakpastian di pasar global, kemungkinan pertumbuhannya terkoreksi menjadi hanya sekitar 30%.

 

Ito mengatakan sikap dan prilaku investor domestik saat ini relatif makin dewasa dan pandai dalam mebaca peluang dan mengolah informasi yang berkembang. Sangat berbeda dengan kondisi 2008, ketika krisis melanda, pemodal dalam negeri cenderung panik saat investor asing melepas sahamnya.

 

“Pada tahun ini, investor Indonesia tidak lagi panik pada saat investor asing jualan seperti 2008, sehingga indeks kita relatif cukup bagus. (meski melemah) kita masih lebih bagus dari pada bursa-bursa lai. Indeks turun juga, tapi lebih baik,” tuturnya.

 

Ito Warsito mengungkapkan kapasitas investor domestic saat ini semakin baik, terutama untuk ritel. Hal itu tercermin dari pertambahan 200.000 investor domestic di pasar saham dalam 2 tahun terakhir.

 

“Investor domestik kita bertambah 200.000, itu untuk saham saja, dalam dua tahun terkhir. Tidak termasuk reksadana, SUN dan lain-lain. Itu sudah cukup jadi bumper pasar modal kita, “ katanya.

 

Dia menambahkan rata-rata transaksi investor domestik di bursa saham pada tahun ini sekitar 66%  dari total 115.000 transaksi per hari, meningkat signifikan dibandingkan dengan 2005. Hal itu mengindikasikan bahwa investor domestik semakin kuat.

 

“Tandanya krisis 2011 ini indeks kita tidak separah 2005. Walaupun dalam 2 bulan terakhir investor asing keluar Rp14 triliun, tapi relatif stabil,” ucapnya.

 

Secara umum, tambah Ito, fundamental pasar modal Indonesia cukup kuat jika diukur dari sejumlah pilar, a.l. pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial-politik, kinerja positif emiten, dan nilai tukar rupiah yang terkendali.  “Yang masalah tinggal sentimen luar.” (faa)

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Plugin | Settlement Statement | WordPress Tutorials

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...