Cerita Warga Kalimantan Dapat Harta Karun Rp14 M Ketika Main di Sungai

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Reuters)

 

 

 

MEDAN - Memanasnya suhu politik di Semenanjung Korea, disinyalir akan berimplikasi negatif pada kinerja indeks bursa maupun ekonomi di tingkat regional Asia dan global. Pelaku pasar saat ini diakui terus memantau perkembangan terakhir dari Korea Utara, yang sudah menyatakan perang terhadap negara tetangganya itu.Analis pasar keuangan dari Danareksa Sekuritas, Medan, Gunawan Benjamin mengatakan, bila nantinya intensitas ketegangan semakin meningkat, maka besar kemungkinan peluang pelaku pasar akan lebih memilih dolar amerika sebagai mata uang safe haven. Hal ini tentunya akan membuat dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk terhadap rupiah.

 

Namun secara ekonomi, penguatan dolar ini justru akan menganggu rencana stimulus di Amerika Serikat (AS), yang sedang membutuhkan deflasi. Berbanding terbalik dengan Jepang, yang justru diuntungkan dengan rencananya menggelontorkan stimulus baru.

 

"Kinerja bursa akan mengalami tekanan bila Korea Utara dan Korea Selatan kembali memanas. IHSG juga berpotensi terpuruk. Pelemahan IHSG bahkan didukung oleh sejumlah sentimen negatif lainnya, seperti pelemahan nilai tukar Rupiah, IHSG yang sudah mendekati level 5.000 (mahal), hingga ekspektasi tingginya inflasi di tahun 2013 ini," jelasnya pada Okezone, Senin (1/4/2013).

 

Selain faktor eksternal, bursa juga akan diintervensi oleh kondisi perekonomian nasional, yang tengah dirundung sejumlah persoalan politik dan kenaikan harga komoditas.

 

"Tanpa mengurangi keraguan, dengan memburuknya kondisi eksternal serta minimnya anggaran untuk pembangunan infrastruktur, maka sektor rill akan tidak begitu banyak beranjak dan bahkan bisa mengalami kemunduran dari 2012 silam," tambahnya. (wdi)

 

 

 

Sumber