Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

EKSPOR SUMSEL: Produk Fashion Khas Digenjot

Recommended Posts

PALEMBANG – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel akan menggenjot ekspor produk non perkebunan, yakni produk fashion khas Sumsel dengan menyasar pasar Asia, Timur Tengah, dan Afrika pada tahun ini.

 

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel Achmad Mirza mengatakan potensi pasar untuk produk fashion khas provinsi itu berupa kain jumputan dan blongsong cukup tinggi di mancanegara.

 

“Kalau untuk pangsa pasar ekspor terbuka luas hanya memang yang perlu dipikirkan adalah bagaimana ketersediaan produk yang berkesinambungan,” ujarnya, Rabu (27/2).

 

Selama ini produk fashionitu sudah dipasarkan ke luar negeri secara individu atau dalam jumlah kecil, salah satu tujuannya adalah Dubai, China dan Malaka.  Tingginya potensi pasar ekspor fesyen ini mulai terlihat sejak 2010.

 

Pengembangan ekspor Sumsel ini, tambah Mirza, sebagai upaya pemerintah untuk tidak bergantung sepenuhnya pada ekspor komoditas perkebunan berupa karet dan crude palm oil (CPO) yang harganya tidak begitu menggairahkan sepanjang 2012.

 

“Fluktuasi harga karet dan CPO cukup tinggi. Saat harga anjlok tahun lalu banyak eksportir yang terkena imbasnya karena negara tujuan memutus kontrak penjualan atau mengurangi pesanan,” paparnya.

 

Mirza mengaku bahwa ekspor produk fesyen tidak termasuk dalam 10 komoditas andalan Sumsel saat ini tetapi tidak menutup kemungkinan hal itu akan terjadi beberapa tahun mendatang.

 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Sumsel mencapai US$332,72 juta per November 2012 di mana mayoritas disumbang oleh ekspor non migas sebesar US$288,22 juta.  Karet, CPO, kayu/produk kayu dan batu bara masuk dalam komoditas non migas andalan Sumsel.

 

Menurut Mirza komoditas fesyen tersebut mayoritas diproduksi oleh industri kecil menengah (IKM)  yang cenderung melayani pesanan dalam jumlah terbatas. Sementara jika pasarnya berorientasi ekspor maka jumlah produksi harus pula ditingkatkan tanpa mengeyampingkan kualitas produk.

 

Dia mengemukakan beranjak dari hal tersebutlah maka Disperindag Sumsel masih harus membina para pelaku IKM untuk menghasilkan produk yang secara kuantitas dan kualitasnya terjaga.

 

“Kelemahan IKM terkadang mereka memang bisa meningkatkan produksi tetapi kualitas dilupakan. Hal inilah yang harus kita jaga agar seimbang caranya dengan melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap mereka,” katanya.

 

Dia mengklaim pemerintah sedang melakukan pembinaan peningkatan mutu produk kepada 1.000 IKM se-Sumsel. (bas)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...