Cara menghubungi CS dana cepat

[Lebay Pemilik Lapak 0]

JAKARTA - Gas adalah aset strategis nasional. Oleh karena itu untuk meningkatkan daya saing industri,  gas tidak seharusnya dijadikan sebagai komoditas, melainkan sebagai energi untuk menggerakkan industri dalam negeri."Tahun lalu kita membayar subsidi energi lebih dari Rp306 triliun. Sementara kontribusi migas untuk APBN hanya Rp277 triliun. Jadi hasil ekspor migas yang selama ini kita lakukan saja tidak cukup untuk subsidi. Artinya membuat gas sebagai komoditas itu sangat keliru," ujar Pengamat Ekonomi Faisal Basri saat ditemui wartawan di Gedung Aula Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sabtu (23/2/2013).

 

Faisal memberikan contoh, dalam kasus krisis gas di Medan, dampaknya sudah terlihat dari kecenderungan deindustrialisasi di wilayah Sumut. Dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi industri terhadap Product Domestic Bruto (PDB) Sumut terus menurun.

 

Oleh karena itu, dia menyarankan, pemerintah harus serius dalam memberikan jaminan pasokan bagi industri gas di Medan. Dengan bertambahnya pasokan gas, berarti industri akan terus bertumbuh dan membuka lapangan kerja lebih besar.

 

"Sumatera Utara harus mampu bertransformasi dari pertanian ke industri sebagai indikator sebuah kemajuan. Tapi yang terjadi hari ini industrinya justru mengalami banyak masalah. Bahkan 54 persen tenaga kerjanya bekerja di sektor informal. Ini menyedihkan," tegas Faisal.

 

Sebagai informasi, mulai tanggal 1 Maret 2013, pasokan gas dari salah satu pemasok PT Perusahaan Gas Negara (PGN) di Medan, yaitu Pertiwi Nusantara Resources akan habis.  Terhentinya pasokan dari Pertiwi ini menyebabkan total pasokan gas yang disalurkan PGN akan turun dari 12 mmscfd pada akhir 2012 menjadi 7 mmscfd. Padahal kebutuhan pelanggan gas di Sumut mencapai 20 ribu yang mencapai 25 mmscfd.

 

  (gnm)

 

 

 

Sumber