Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

BURSA SAHAM : 3 Perusahaan Agrikultur Siap Melantai di Bursa

Recommended Posts

JAKARTA -- Sedikitnya 3 perusahaan sektor agrikultur persiapkan rencana melantai di bursa, di samping kawanan badan usaha negara perkebunan yang tengah menanti kepastian holding.

 

Menurut pantauan Bisnis, ketiga badan usaha swasta itu yakni PT Pasifik Agro Sentosa, PT Citra Borneo Indah, dan PT Darma Satya Nusantara. Nama yang disebutkan terakhir merupakan perusahaan yang mulanya mengandalkan pengolahan kayu sebagai penggerak motor bisnis.

 

Seperti diketahui, tak sedikit pelaku industri woodworking babak belur dalam satu dekade terakhir. Kinerja emiten industri perkayuan juga jauh dari menggembirakan di pasar modal.

 

Namun, perseroan tahu betul bagaimana menyiasati situasi pasar. Belakangan, perusahaan mulai berkonsentrasi pada pertumbuhan usaha di sektor perkebunan sawit. Sejumlah langkah ekspansi digelar termasuk menggiatkan ranting bisnis di kawasan timur Indonesia.

 

Pengembangan usaha itu butuh dana segar yang tak sedikit. Sumber pendanaan pelu dicari termasuk membidik alternatif dari investor pasar modal. Perseroan telah melakukan pembicaraan awal terkait rencana pelepasan saham perdana (initial public offering/IPO) ke pihak Otoritas Jasa Keuangan.

 

“Kami sedang menunggu momentum, meski kami sendiri belum menentukan kapan waktu yang tepat untuk IPO, bisa jadi tahun ini, tahun depan, sangat tergantung kondisi market,” ucap Andrianto Oetomo Deputy Head of Finance Darma Satya Nusantara kepada Bisnis Kamis (21/2/2013).

 

 

Menurut Andri, pihaknya kini tengah mempertimbangkan beberapa hal seperti alokasi pendanaan, volume saham yang akan dilepas, serta kondisi pasar yang akan memungkinkan pergerakan nilai saham perseroan.

 

“Intinya, saat ini kami ingin publik tahu dulu tentang kami. Tak kenal, kan tak sayang,” kelakarnya.

 

Hingga kini, lini bisnis perkebunan perseroan disokong penuh oleh sejumlah anak usaha seperti PT Swakarsa Sinarsentosa, PT Dharma Agrotama Nusantara, PT Dharma Intisawit Nugraha, dan PT Dewata Sawit Nusantara.

 

Selain itu, perseroan juga telah mengembangkan sayap bisnis di Kalimantan Timur dan Tengah dengan mengembangkan PT Pilar Wanapersada, PT Dharma Intisawit Lestari dan PT Karya Prima Agro Sejahtera. Adapun di Kalimantan Barat, roda bisnis perkebunan dimotori PT Kencana Alam Permai dan PT Prima Sawit Andalan.

 

Kelompok usaha perkebunan tersebut saat ini menyumbang lebih dari setengah pendapatan perusahaan. Sementara sisanya disumbang oleh usaha di bidang hutan tanaman industri (HTI) dan industri perkayuan yang telah berkembang selama 30 tahun terakhir.

 

 

Hingga kini, perseroan menguasai 60.000 hektare lahan sawit tertanam dari total lahan (land bank) 200.000 hektare. Andri menghitung dengan luas lahan demikian perseroan kira-kira dapat mengasilkan 1 juta ton tandan buah segar (tbs) kelapa sawit dalam 1 tahun.

 

“Dengan estimasi kebutuhan dana penanaman baru sekitar US$3.000—US$4.000 per hektare, maka dalam tahun pertama penanaman baru ini perseroan membutuhkan investasi sekitar US$18 juta,” jelasnya.

 

Perusahaan perkebunan lainnya, Citra Borneo Indah akhir tahun lalu telah memutuskan untuk menunda IPO akibat buntunya ekspektasi penawaran dan permintaan harga antara perseroan dan investor.

 

Citra Borneo sebelumnya siap menerbitkan 2,7 miliar saham ke publik. Perseroan telah menunjuk empat penjamin pelaksana emisi efek (joint lead underwriter), yaitu Mandiri Sekuritas, Citigroup, Morgan Stanley, dan BNP Paribas.

 

 

Mulanya, Citra Borneo siap melepas 20% saham melalui IPO dan membidik perolehan dana lebih dari Rp1 triliun. Sebagian dana rencananya akan digunakan untuk membangun dua pabrik baru dengan kapasitas produksi masing-masing 60 ton per jam.

 

Adapun, kapasitas produksi tandan buah segar terpasang saat ini mencapai 148.648 ton. Perseroan hingga kini memiliki lahan perkebunan seluas 90.094 hektare.

 

Manajeman telah mengonfirmasi IPO Citra Borneo tidak dibatalkan, tetapi ditunda hingga kondisi pasar saham kembali membaik.

 

Fridian Warda, Analis Indosurya Asset Management mengungkapkan situasi fundamental pasar perkebunan terutama CPO memang belum menguntungkan. Hal itu ditunjang merosotnya permintaan CPO di sejumlah negara berkembang seperti India dan Cina.

 

Dia menilai pergerakan pasar CPO akan membaik seiring pulihnya perekonomian global. Namun, harga kontrak CPO yang tidak stabil membuat spekulasi akan semakin liar pada beberapa bulan mendatang.

 

“Bisnis CPO butuh pengembangan bisnis dengan nominal investasi yang besar. Jadi, perusahaan yang berniat IPO perlu memastikan punya kecakapan finansial untuk bersaing dengan emiten sejenis di pasar modal,” katanya.

 

Di samping itu, diversifikasi bisnis juga perlu dilakukan seperti menambah konsentrasi bisnis ke sektor produk perkebunan lainnya seperti kopi dan karet. Kemampuan perusahaan menyiapkan sertifikasi kelestarian usaha juga akan menjadi kunci untuk memperbaiki perspekif investor. (dot)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...