Menaker: Gubernur Wajib Tetapkan UMP 2026 Maksimal 24 Desember

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: okezone)

 

 

 

YOGYAKARTA - Memegang uang tunai dalam jumlah banyak, telah menjadi budaya di masyarakat. Kalangan perbankan sulit untuk mengubah budaya yang sudah mengakar ini. Padahal, banyak akses perbankan untuk penyimpanan dan akses pengambilan uang tunai yang lebih aman."Pegang uang tunai ini sudah jadi budaya. Bahkan uang ada yang dikrikiti tikus karena lama disimpan," jelas Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Causa Iman Karana, di Yogyakarta, Senin (18/2/2013).

 

Menurutnya, budaya ini hampir terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Banyak yang melakukan transaksi jual beli harus dengan uang tunai. Mereka tidak mau jika hanya menggunakan rekening dan model transfer di bank. Padahal cara itu lebih aman dan tidak pernah ada.

 

"Pernah ada, saat terjadi jual beli lahan semuanya minta tunai, bank tidak bisa berbuat banyak," jelasnya.

 

Bank Indonesia (BI), ujarnya, sebenarnya terus menggalakkan program, less cash safety. Namun upaya mensosialisasikan menggunakan bank ini tidak bisa maksimal. Ada alternatif lain yang bisa dipakai model kartu kredit atau kartu debet. Namun masyarakat tetap enggan dan memandang prosesnya lebih ribet.

 

Di Singapura, proses pembayaran dan transaksi yang ada sudah meninggalkan uang tunai. Sebagai gantinya menggunakan E-money, mulai dari transportasi, maupun transaksi belanja yang lain.

 

"Infrastruktur masih menjadi kendala, dan ini butuh waktu," jelasnya.

 

Iman, juga memastikan jika penggunaan pulsa untuk transaksi legal. Hal itu sesuai dengan Keputusan Bank Indonesia No : 11/12/PBI/2009 tentang E-Money. Asalkan mereka mengajukan ijin kepada Bank Indonesia. Di mana e-money bisa menggunakan model chip base maupun server base.

 

"Untuk daerah sulit memantau perkembangan, karena e-money laporannya di pusat," tegasnya. (Kuntadi/Koran SI/ade)

 

 

 

Sumber