Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

LIBERALISASI PERDAGANGAN: KTT Apec, Lonceng kematian?

Recommended Posts

Lonceng kematian liberalisasi perdagangan? Mungkin. Itu salah satu topic yang menari dan terjadi dalam pertemuan puncak organisasi kerja sama ekonomi negara-negara Asia Pasifik di Vladivostok, Rusia, pada 8-9 September 2012.

 

Pada APEC kali ini ada empat topic yang disoroti. Pertama, liberalisasi perdagangan dan investasi, integrasi ekonomi kawasan. Kedua, penguatan ketahanan pangan. Ketiga, mengintensifkan kerja sama guna memperkuat pertumbuhan inovatif. Keempat, ketahanan energi.

 

Keempat topik itu sama-sama memiliki peran penting, strategis. Ketimpangan masalah itu di antara negara anggota APEC akan menghancurkan tujuan APEC itu sendiri.

 

Sebagaimana diketahui, APEC memiliki tujuan untuk mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik. Saat ini, APEC beranggotakan 20 negara di kawasan Asia Pasifik, yaitu Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, Amerika Serikat, China, Hong Kong, China, Meksiko, Papua Nugini, Chili, Peru, Russia, dan Vietnam.

 

Namun, dari empat topik itu, isu liberalisasi perdagangan, paling hangat. Isu ini disoroti secara kritis oleh banyak pihak peserta KTT APEC itu sendiri. Pasalnya, ada sejumlah pihak yang menilai, makna dari liberalisasi perdagangan disalahartikan oleh sejumlah negara hanya demi kepentingan keuntungan ekonomi mereka. Aza adil dan efisien ditinggalkan.

 

Akibatnya, keinginan penurunan tarif dipaksakan agar nol persen. Padahal, akibatnya, azas keadilan, dirugikan khususnya oleh salah satu negara. Ini justru menanggalkan semangat liberalisasi yang diperjuangkan sejak 1940-an.

 

Padahal, aspek kesetaraan, belum terlihat ketika liberalisasi akan diimplementasikan. Ada negara yang siap, ada yang masih membutuhkan proteksi.

 

Namun, sejumlah 54 item barang yang akan bebas bea dalam kawasan APEC sudah disepakati di level menteri tinggal direkomendasikan pada kepala negara yang bila disetujui maka akan masuk ke dalam komunike bersama yang dihasilkan pemimpin negara anggota APEC 2012.

 

Bahkan, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan Sabtu mengatakan Indonesia telah memasukkan daftar barang yang termasuk dalam komoditas bebas bea yang akan disepakati oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

 

“Kita sepakat dengan daftar yang direkomendasikan seluruh anggota APEC. Pada Minggu, para leader akan mengendorse daftar barang tersebut yang berjumlah 54 produk dan tentunya kita berkepentingan menyerahkan produk di luar daftar itu,” kata Gita.

 

Dalam tulisan berjudul Global Trade Liberalization and the Developing Countries, staf IMF menulis kemajuan integrasi telah merata dalam beberapa dekade terakhir. Kemajuan telah sangat mengesankan untuk sejumlah negara berkembang di Asia dan, pada tingkat lebih rendah, di Amerika Latin. Negara-negara ini telah menjadi sukses karena mereka memilih untuk berpartisipasi dalam perdagangan global, membantu mereka untuk menarik sebagian besar investasi asing langsung di negara-negara berkembang. Hal ini berlaku dari China dan India karena mereka memeluk liberalisasi perdagangan dan lainnya yang berorientasi pasar reformasi, dan juga lebih tinggi-negara berpenghasilan di Asia seperti Korea dan Singapura-yang miskin sampai dengan 1970-an.

 

Namun kemajuan telah kurang cepat untuk banyak negara lain, terutama di Afrika dan Timur Tengah. Negara-negara termiskin telah melihat bagian mereka dari penurunan perdagangan dunia secara substansial, dan tanpa menurunkan hambatan mereka sendiri untuk berdagang, mereka berrisiko termarjinalisasi lebih lanjut. Sekitar 75 negara berkembang dan ekonomi transisi, termasuk hampir semua negara-negara berkembang, sesuai dengan deskripsi ini.

 

Berbeda dengan integrator yang sukses, mereka bergantung secara proporsional pada produksi dan ekspor komoditas tradisional. Alasan marjinalisasi mereka sangat kompleks, termasuk dalam masalah struktural, kerangka kebijakan yang lemah dan institusi, dan perlindungan di rumah dan di luar negeri.

 

Namun, kita jangan lupa, Ringkasan Eksekutif Dampak Liberalisasi Perdagangan, ILO menulis:

 

dibukanya pasar produk Indonesia sebagai tindak lanjut liberalisasi perdagangan antara Indonesia dan China berdampak pada pengurangan kesempatan kerja di semua sector dari aktivitas impor Indonesia dari dunia.

 

Kesempatan kerja yang berkurang sebanyak 442.064 orang, dimana sebagian besar di sektor pertanian 132.955 orang atau 30,08%, disusul sektor perdagangan sebanyak 87.769 orang atau 19,85%, serta industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit  55.891 orang atau 12,64%. (msb) (Foto:m.shnews.co)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...