Ada Investor Kakap Diam-Diam Lego 316,5 Juta Saham IMPC

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA--Sentimen data inflasi China yang meningkat di atas ekspektasi pasar, telah merontokkan kinerja bursa global dan regional pada akhir pekan lalu.

 

Berdasarkan catatan Bisnis, indeks S&P 500 ditutup hampir tidak bergerak pada level 1.472,05 pada pukul 4 sore waktu New York. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 17,21 poin atau 0,1% ke level 13.488,43.

 

 

Indeks Eropa Stoxx 600 turun 0,3% ke level 287,08 pada akhir pekan ini. Indeks telah reli 3,3% dalam seminggu melewati 4 Januari, penaikan terbesar sejak 23 November 2012 seiring parlemen AS yang menyetujui RUU Anggaran.

 

 

Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,1% ke level 131,82 pada penutupan pekan lalu setelah mencetak penaikan 7 minggu berturut-turut, terpanjang dalam hampir 1 tahun.

 

Indeks MSCI Emerging Markets tergelincir 0,4% ke level 1.073,04 pada penutupan perdagangan pekan lalu di New York atau 0,5% penurunan secara mingguan.

 

 

Tak hanya merontokkan bursa saham, sentimen negatif data inflasi China juga direspons negatif oleh pasar komoditas seperti emas dan minyak mentah.

 

 

Harga emas berjangka untuk pengiriman Februari turun 1% pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu menjadi US$1.660,60 per ounce pada pukul 13:43 di Comex New York. Penurunan tersebut merupakan terbesar untuk kontrak teraktif sejak 4 Januari.

 

 

Harga minyak berjangka untuk pengiriman Februari turun 26 sen ke level US$93,56 per barel di New York Mercantile Exchange.

 

 

Sebelumnya, Biro Statistik Negeri Tirai Bambu itu melaporkan bahwa indeks harga konsumen China pada Desember 2012 dilaporkan naik 2,5% dari posisi awal tahun. Realisasi tersebut di atas perkiraan pasar yakni 2,3%. Tingginya tingkat inflasi tersebut dikhawatirkan akan membatasi ruang pemberian stimulus dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi China. (spr)

 

 

 

 

Sumber