Kala PNM Dampingi Ibu-ibu Mekaar Berperan Sebagai Penguat Keluarga

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA— Kenaikan nilai impor BBM diperkirakan terus terjadi karena produksi minyak dalam negeri tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan sehingga pemerintah harus tetap membeli dari luar negeri.

 

Namun, Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Haryo Aswicahyono mengatakan tingginya nilai impor bahan bakar minyak yang menyebabkan defisit neraca perdagangan dinilai wajar jika melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 6%.

 

“Dalam sejarahnya kalau pertumbuhan ekonomi di atas 6% pasti akan diikuti defisit yang disebabkan impor barang modal. Sedangkan impor bahan bakar minyak melonjak karena tingginya permintaan kita,” kata Haryo saat dihubungi Bisnis, Rabu (2/1).

 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai impor hasil minyak periode Januari-November 2012 mencapai US$25,9 juta atau naik 0,81% dari periode yang sama tahun lalu senilai US$25,7 juta.

 

Sedangkan impor barang modal juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. BPS mencatat pada periode Januari-November 2011 nilai impor mencapai US$29,3 juta naik hingga 7,87% dalam periode yang sama pada tahun ini menjadi US$35,1 juta.

 

Haryo menambahkan banyaknya kelas menengah di Indonesia yang mempunyai kendaraan bermotor menyebabkan konsumsi BBM juga meningkat. Terlebih harga BBM masih murah karena masih disubsidi oleh pemerintah. Walaupun harga minyak dunia melemah jika volume permintaan BBM naik maka nilainya juga akan tinggi.

 

Sedangkan tingginya nilai impor barang modal ini menjadi tidak masalah karena dapat menghasilkan produk untuk mencukupi konsumsi dalam negeri. (faa)

 

 

 

Sumber