Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

EDITORIAL BISNIS: Mewaspadai Risiko Perekonomian

Recommended Posts

Hari ini Komite Ekonomi Nasional (KEN) menggelar paparan publik prospek ekonomi 2013 versi pemerintah, yang diwarnai pandangan optimistik. Di luar itu, optimisme juga menyelimuti prospek ekonomi Indonesia, meski­pun tetap diiringi dengan perlunya kewaspadaan.

 

Ada sejumlah landasan fundamental yang mendasari optimisme tersebut, antara lain dari berbagai pandangan lembaga internasional yang melihat Indonesia dari kacamata positif.

 

Misalnya saja lembaga riset global McKinsey Global Institute, yang baru-baru ini memproyeksikan bahwa Indonesia bakal menjadi salah satu pilar kebangkitan Asia.

 

Pandangan McKinsey itu memperkuat ekspektasi banyak pihak, yang menyebutkan Indonesia ba­­­­kal menempati posisi lima besar perekonomian dunia pada dua dekade mendatang.

 

Meski itu adalah proyeksi jangka panjang, landasannya tentu dimulai dari saat ini, di mana kinerja perekonomian Indonesia memang menjanjikan.

 

Ada sejumlah faktor yang menjelaskannya. Pertama, risiko politik yang relatif terkelola. Ka­­­­laupun ada, hanya riak-riak kecil sebagai bagian dari dinamika demokrasi di Indonesia.

 

Kondisi tersebut memberikan landasan bagi pe­­­­laku usaha dan pelaku ekonomi untuk membuat perencanaan dengan horison lebih panjang.

 

Kedua, kondisi keamanan yang relatif tenang. Ini juga menambah keyakinan terhadap risiko bisnis dan in­­­ves­tasi di Indonesia, terutama memini­mal­kan gangguan yang berdampak pa­­­da operasi bisnis dan perusahaan.

 

Ketiga, indikator ekonomi yang bersinar relatif terang. Mi­­­­salnya, laju inflasi sa­­­­ngat terkendali, sta­­­bilitas nilai tukar mata uang yang terjaga, ke­­­­kuatan ca­­­­dang­­­an de­­­­visa serta profil sektor keuang­an yang relatif tahan banting.

 

Tidak kalah penting adalah pertumbuhan kelas menengah yang semakin kencang, sebagai pendo­­­rong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia bebe­­­rapa tahun terakhir.

 

Faktor-faktor itu memperkokoh landasan per­tum­­­buhan ekonomi Indonesia, yang mampu mem­­­bukukan pertumbuhan di atas 6% per tahun.

 

Namun bukan berarti kinerja perekonomian tersebut tanpa risiko. Meskipun klasik, problem infrastruktur masih tetap menghantui prospek ekonomi Indonesia, karena sumbatan (bottleneck) arus barang dan jasa bisa menjadi semakin besar.

 

Artinya, semakin lambat realisasi berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan, semakin kecil ka­­­­pa­­­­sitas perekonomian menyerap potensi pertumbuh­an.

 

Jika itu terus terjadi, akan terjadi kesenjangan yang semakin besar antara potensi dan realisasi pertumbuhan ekonomi, yang semestinya bisa dinikmati untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 

Dengan kata lain, jika kecepatan realisasi pro­yek infrastruktur—termasuk koridor ekonomi MP3EI (Masterplan Percepatan Pembangunan Eko­­­­nomi Indonesia)—dapat mengimbangi apalagi lebih kencang dari kebutuhan dan kapasitas ekonomi, tentu pertumbuhan akan berjalan jauh lebih kencang tanpa risiko pemanasan.

 

Di luar berbagai persoalan yang membelit pro­yek infrastruktur itu, dalam jangka pendek, risiko terhadap persepsi investasi Indonesia juga perlu segera diselesaikan, terutama hal-hal yang berka­­itan dengan isu perburuhan.

 

Pemerintah dan pemangku kepentingan, termasuk serikat buruh, perlu berjiwa besar untuk mencari so­­­­lusi bersama yang saling menguntungkan, guna men­­­­cegah potensi kerawanan dari krisis perburuhan, agar tidak memukul daya saing bisnis di Indonesia.

 

Tentu kita berharap sebaliknya. Pasalnya, jika krisis perburuhan itu dibiarkan, bukan hanya da­­­­ya saing yang akan terkikis, melainkan potensi per­­­tumbuhan ekonomi akan tergerus pelan-pelan.

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...