Situasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat terus memanas, dengan serangan brutal Israel terhadap warga Palestina yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Pada bulan Maret 2025, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Gaza, menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu malam. Serangan ini terjadi setelah runtuhnya gencatan senjata dan dianggap sebagai respons terhadap penahanan sandera oleh Hamas ¹.
Upaya Gencatan Senjata
Pemerintah Israel dan Hamas telah menyetujui proposal gencatan senjata yang dirancang oleh mediator dari Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. Proposal ini mencakup tiga tahap, termasuk gencatan senjata selama enam minggu, pembebasan seluruh warga Israel yang disandera di Gaza sebagai imbalan atas sebagian warga Palestina yang ditahan oleh Israel, dan penarikan Israel dari Gaza. Namun, implementasi gencatan senjata ini masih menghadapi tantangan besar ².
Kekerasan Berlanjut
Meskipun ada upaya gencatan senjata, kekerasan antara Israel dan Palestina terus berlanjut. Pada tanggal 2 November 2025, serangan udara Israel menewaskan 104 warga Palestina dan melukai 153 lainnya. Militer Israel juga mengumumkan bahwa pasukannya tengah beroperasi di wilayah jaringan terowongan di Kota Khan Younis, Gaza Selatan ³.
Reaksi Internasional
Masyarakat internasional terus mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh Israel dan mendesak agar gencatan senjata segera dilaksanakan. Sejumlah analis menilai bahwa AS telah berlindung di balik perdamaian untuk membiarkan Israel melanjutkan aksinya terhadap warga Palestina ³.
Krisis Kemanusiaan
Serangan Israel telah menghancurkan infrastruktur kesehatan di Gaza, menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Lebih dari 1.400 tenaga medis dilaporkan tewas, dan sekitar 360 lainnya ditahan oleh otoritas Israel. Rumah sakit kekurangan pasokan medis, tempat tidur, dan staf, memperburuk kondisi kehidupan warga Gaza ¹.